Sabtu, 21 Januari 2012
Aku Tidak Menghendaki Kendaraan Mewah Ini
(eramuslim.com)
Untuk melukiskan ketinggian dan keutamaan seorang Umar bin Abdul Aziz rahimahullah maka dapat kita dapati dari beberapa perkataan orang orang pilihan pada zamannya diantaranya Imam Tirmidzi pernah meriwayatkan sebuah atsar dari Amirul Mukminin Umar bin Khattab r.a bahwa beliau pernah berkata “Dari anakku akan lahir seorang lelaki yang menyerupaiku dari segi keberaniannya dan akan memenuhi dunia dengan keadilan.”
Imam Atha’ rahimahullah juga telah berkata, “Umar Abdul Aziz mengumpulkan para fuqaha’ setiap malam. Mereka saling ingat memperingati di antara satu sama lain tentang mati dan hari qiamat, kemudian mereka sama-sama menangis kerana takut kepada azab Allah” dan Hassan al-Qishab telah berkata, ”Aku melihat serigala diternak bersama dengan sekumpulan kambing di zaman Khalifah Umar Ibnu Aziz.”
Memang Allah telah mempersiapkan suatu masa yang penuh dengan carut marut dalam menegakkan system kehidupan masyarakat yang sesuai dengan nilai nilai Islam pada seseorang yang tepat. Dia adalah Umar kedua atau seorang Khalifah yang mashur dari Bani Umayyah yaitu Umar bin Abdul Aziz. Sebagai gambaran sederhana dari kesungguhan seorang Umar bin Abdul Aziz dalam mencontoh teladan Rasulullah dan para Khulafaur Rasyidin yang empat dapat kita lihat dari kisah awal kepemimpinan beliau yang penuh dengan nilai nilai seorang pemimpin sejati.
Hari itu Umar bin Abdul Aziz baru saja dilantik sebagai Khalifah dan ia menyempatkan berziarah kemakam Sulaiman bin Abdul Malik, khalifah Bani Umayyah sebelumnya. Berdasarkan wasiat al marhum, Umar bin Abdul Aziz menduduki jabatan khalifah. Baru saja Umar bangkit berdiri, tiba-tiba ia mendengar suara sesak orang yang kumpul sangat banyak. “Ada apa?”, tanya Khalifah Umar bin Abdul Aziz.
“Kami telah menyediakan kendaraan dinas untuk Anda, wahai Amirul Mukminin,” ujar salah seorang sambil menunjuk sebuah kereta kuda yang indah dan khusus disiapkan untuk sang khalifah.
“Aku tidak menghendaki kendaran mewah ini. Kembalikan ia pada tempatnya dan jauhkan ia dariku. Semoga Allah memberkahi kalian.” Jawab sang Khalifah dan ia kemudian berjalan ke arah seekor keledai yang menjadi tunggangannya selama ini.
Belumlah usai keheranannya atas kereta kuda yang telah disiapkan untuknya tiba tiba serombongan pengawal datang berbaris mengawal di belakangnya. Di tangan masing masing tergenggam tombak tajam mengkilat. Mereka siap menjaga sang khalifah dari marabahaya.
Melihat keberadaan pasukan itu, Umar menoleh heran dan berkata, “Aku tidak membutuhkan kalian. Aku hanyalah orang biasa dari kalangan kaum Muslimin. Aku berjalan pagi hari dan sore hari sama seperti rakyat biasa.”
Selanjutnya, Umar bin Abdul Aziz berjalan bersama orang-orang menuju masjid. Dari segala penjuru orang orang pun berdatangan. Ketika mereka sudah berkumpul, Umar bin Abdul Aziz berdiri. Setelah memuji Allah dan bershalawat pada Nabi dan para sahabatnya, ia berkata, ‘Wahai manusia, sesungguhnya aku mendapat cobaan dengan urusan ini (khilafah) yang tanpa aku dimintai persetujuan terlebih dulu, memintanya atau pun bermusyawarah dulu dengan kaum Muslimin. Sesungguhnya, aku telah melepaskan baiat yang ada di pundak kalian untukku. Untuk selanjutnya silakan pilih dari kalangan kalian sendiri seorang khalifah yang kalian ridhai.’
Mendengar ucapannya itu, orang orang pun berteriak dengan satu suara, “Kami telah memilihmu, wahai Amirul Mukminin. Kami ridha terhadapmu. Aturlah urusan kami dengan karunia dan berkah Allah.’
Kemudian jamaah kaum muslimin yang lain berdiri dan menyatakan dukungannya atas kepemimpinan beliau dan kemudian pekikan takbir menggaung diantara dinding dinding masjid. Secercah cahaya kemuliaan telah bersinar dihari itu. Cahaya kemuliaan yang bersinar terang selama dua tahun. Dua tahun yang penuh kemakmuran. Kemakmuran yang selama ini dirindukan oleh masyarakat Islam dan lainnya. (Pz/Kisah Islami)
Langganan:
Posting Komentar (Atom)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar